Denny, Si Satpam Ganteng 18+ Readers Bermula dengan pertemuan tak sengaja saat aku malam malam mau menarik uang di ATM, aku menjadi akrab dengan Denny, Satpam Ganteng yang selalu dapat tugas malam di suatu bank swasta di ruko dekat Hotel kelas Melati yang menjadi langgananku kalau ke Semarang. "Waah, Mas..., rupanya ATM nya tidak ada logo ATMBERSAMA" kataku sedikit komplain kepada Satpam yang berdiri dekat ATM. "Iya, Mas..., " jawab nya dengan senyum ramah,"maklum Bank nya masih baru". Awalnya aku tak menyadari bahwa ruang kotak seukuran ruang ATM yang tadinya gelap, ada sosok tegap yang ganteng. Tapi hikmah kekesalan malam itu adalah berteman akrab dengannya. Sejak saat itu setiap kali aku datang ke Semarang, pasti aku akan menemui dia, hanya untuk bercakap cakap atau sambil makan bakso dan menghabiskan rokok. Aku masih ingat benar saat pertemuan yang kedua, "Dree, bagi bokep dong...," maklum semakin akrab jadi kami tak saling memanggil 'Mas' lagi. Dia bicara setengah berbisik waktu itu. "Sorry, Den..., blom bikin..., hahaha" dan dia pun ikut tertawa. Maklumlah, sendirian jaga malam di tempat yang agak sepi pasti bete. Blackberry nya penuh dengan video mesum dalam format 3gp. Pernah suatu saat dalam temaram cahaya dari Box ATM tangannya mengusap usap gundukan di sudut selangkangannya. Aku hanya tertawa. "Oh ya..., Den kalau siang tidak tugas, ngapain aja?" "Di rumah, molor..., bojoku kan kerja di konveksi..." Jelasnya..., "napa Dree?" "Waah..., kebetulan, mendingan kamu pakai motor, antarin aku keliling kerja", jelasku menawarkan. "Boleh, juga..., daripada molor, lagian itu rumah mertua..., " dia tersenyum malu tapi mengangguk menyetujui tawaranku. "Oke, seharian 50 ribu, bensin aku bayar, oke..?" Aku menepuk pundaknya. *** "Den, besok aku nyampe Semarang", itu pesan BBM ku ke Mas Denny. Nggak perlu mengharapkan Whatsapp, Mas Denny termasuk mafia simcard, hampir tiap minggu ganti nomor. "Oke, siap!" Balas nya. "Dree, udah booking hotelnya bloom?" tulis dia lagi. "Udah, emang kenapa?" "Bilangin dong, kunci kamarnya aku ambil duluan." Pinta nya. "Oke", balasku. "Siip," balas Mas Denny lagi. Sudah beberapa kali ini terjadi, sejak Mas Denny menjadi ojek langgananku, petugas hotel langgananku tak ragu lagi memberikan kunci hotel kepadanya sebelum aku datang. Alasannya Mas Denny mau tidur karena shift jaga malam nya sampai jam tujuh pagi. Jadinya setiap aku datang dia sudah tidur di kamar hotel. Dan ini keuntungan bagiku, aku bisa menikmati pemandangan menarik, di mana tubuh indah Mas Denny hanya berbalut celana dalam sedang meringkuk di atas ranjang. Sangat sering dia tidak menyadari kehadiranku, apalagi dia tak akan terbangun kalau aku memelorotkan celana dalam nya dan iseng aku mengambil gambar dengan hp ku. Dan koleksi gambar telanjangnya sudah banyak tersimpan di sana. Lebih gila lagi kalau mandi dia tak pernah menutup pintu. Dia tak pernah menyadari kalau hal begini sangat membuat aku tersiksa bathin. Kalau dalam posisi seksi nya ingin rasanya aku menerkam nya dan memperkosanya. Tapi semua tak berani aku lakukan. Aku menjaga persahabatan yang sekarang terjalin. Mas Denny terlampau baik, dan sopan..., sekaligus rada bloon. Dan mungkin dia menyadari kebloonannya, dia mengaku kepadaku bahwa dia dulu suka menghisap ganja waktu SMA, jadi sekolahnya terbengkalai dan akibatnya lagi dia sukar berkonsentrasi dan pelupa. *** Pintu kamar aku buka dengan kunci duplikat yang aku ambil di resepsionist. Betapa kagetnya kulihat Mas Denny sedang berduaan di atas ranjang bersama seorang wanita cantik. "Denny?" Hanya itu yang terucap dalam kekagetanku. Dia memutar tubuhnya menutup wajahnya dengan kedua tangan, sementara sang wanita langsung duduk tertunduk malu di sisi ranjang membelakangi aku. Aku tutup kembali pintu kamar dan aku duduk di kursi depan kamar. Kekesalanku dan mungkin kecemburuanku aku telan, tak mungkin aku berteriak memarahi Mas Denny. Aku sadar benar ini hotel. Dan Mas Denny pasti tahu kalau aku marah. Lima menit berlalu baru Denny keluar dengan mengenakan celana pendek. "Dree, sorry..., " bisiknya antara malu dan takut, "aku horny banget, jadi aku minta istriku ke sini pas jam istirahat makan, sorry, Dree, sorry" "Jangan berani bohongi aku ya, Den" aku marah tapi nada bicara sengaja kuperkecil. "Sumpah, Dree, sumpah..., itu bojo ku, Maas..." Dia memohon mohon dengan mengatupkan kedua tangan, "apa aku harus tunjukkan surat nikah?" Kalau sudah begini aku tahu bahwa Mas Denny berkata jujur. Tapi aku harus memainkan hatinya, aku akan tetap pura pura tidak senang dengan caranya ini. "Ya udah nggak apa apa, teruskan aja", aku kasihan juga, Mas Denny pernah bilang kalau untuk menyalurkan hasrat bersama istri, sangat sulit karena seringnya tugas malam, "aku buka kamar lain aja" "Jangan, Dree," dia memegang erat tanganku,"nanti malah dicurigai orang hotel" "Jadi maksudmu, aku ikut masuk dan melihat bokep asli?" Aku sedikit heran, dasar Satpam bloon! Dia nampak bingung, parno. Tapi sejenak aku menangkap jalan pikiran bloon nya. Artinya aku boleh ikut bergabung, dan senyum licikku dibalas nya dengan senyum. Dan kami pun berdua masuk. Kulihat istrinya berbaring di ranjang, berbalut selimut. Dia tersenyum genit. Aku meletakkan tas ranselku, lalu terpaku menatap "Irna, istriku, Dree," Mas Denny memperkenalkan, sambil senyum senyum dengan mengangkat kening, seolah memberi isyarat tertentu kepada istrinya. Aku pun mendekat hendak menyalaminya, dan tersingkaplah gunung kembar milik Mbak Irna. Wow! Tapi aku lalu terpaku, masih mereka reka apakah ini jebakan Mas Denny yang terobsesi main threesome, atau karena ide spontan terpengaruh bokep murahan yang memenuhi memori BB nya. Sementara itu Mas Denny sudah menaiki ranjang. "Hmmm..., boleh juga untuk dividiokan...," aku menarik iPhone ku dari saku. "Aaah..., Mas Andree!" Rengek Mbak Irna. "Dree..., ayolaaah...", Mas Denny mendekatiku, "di bokep bokep kan suka ada yang bertiga, kan?" Dia sudah melepaskan celana pendeknya, dan dari balik CD nya kulihat gembungan pertanda penisnya sudah ereksi. "Den kalo kamu terobsesi main bertiga, jangan jebak aku dong" kataku seolah tidak setuju, padahal aku sebenarnya sedang menikmati keindahn tubuh Mas Denny yang sudah sange. Dia mendekat, dan aroma jantan lelaki yang sedang dalam puncak birahi menebar di permukaan hidungku. Dia menaruh kedua tangannya di pinggangku. Dan dengan perlahan dia melepas T-shirt yang aku kenakan. Aroma maskulinnya tambah meracuni napas ku. Matanya menatapku dalam dalam, mau meyakinkan aku untuk melakukan ritual threesome dengan wajar. Tapi bagiku tatapan matanya menusuk sampai ke kedalaman naluri birahiku, dan seolah mengaduk aduk saraf saraf libido ku. Dan entah berapa lama kesadaranku tersita seperti pengaruh sihir atau bius. Yang aku tahu tubuhku telanjang ku melekat dengan tubuh telanjang Mas Denny, yang menggiringku melangkah menaiki ranjang. "Nikmati aja, Dree..., nikmati aja..." Suara Mas Denny itu yang bersamaan dengan bibirnya menggelitik telingaku, seolah sugesti hipnotis sampai bibirku dan bibir Mas Denny menyentuh puting segar merah jambu milik Mbak Irna..., seakan akan Mas Denny mau membagi kenikmatan puting susu istrinya. Kurasakan lidah nya menyapu pinggiran puting itu, dan sekaligus menyapu bibirku. Ooooh..., saraf ku seperti tersengat listrik. Lidah ku pun menirukan lidah Mas Denny. Ini kali pertama menikmati puting wanita dan sekaligus bibir dan lidah pria yang selama ini mengisi fantasi fantasi birahiku. Bergantian kami menyedot puting ranum itu, mereguk air susu segar, seperti anak kembar yang sedang menetek. Sesekali saling berbagi pagutan dan ciuman, seakan saling berbagi air yang diambil dari sumbernya, ... Nafsuku semakin memuncak dengan suguhan kenikmatan yang liar dan luar biasa ini. Apalagi tangan kanan Mas Denny merangkul dan mengusap usap punggungku, sementara tangan kirinya meremas remas susu yang satu lagi. Masih dalam kenikmatan mengulum puting dan mengulum bibir Mas Denny, tangan nya kurasakan nenarik tubuhku untuk lebih mendekat, sementara tubuh sekel Mbak Irna sejak tadi masih bergantian membusung dan menggeliat meraung raung seperti orang sesak napas. Kulingkarkan lengan kiriku ke pinggang Mas Denny yang mulai menggesek gesekkan tongkat pusakanya ke paha mulus Mbak Irna. Sementara ujung lututnya menempel persis di atas bulu pubik vagina istrinya. Aku pun menuruti, dan kini paha Mas Denny berada lekat di bawah pahaku. Sensasi lain kurasakan bersamaan dengan ritme perlahan kami lakukan dengan penuh perasaan..., seakan aku terbang ke alam lain. Kuluman di puting susu Mbak Irna kini berganti kuluman ke bibir nya..., daguku pun ku angkat dan memulai dari leher di bawah rahangnya dan bawah telinga. Bibir Mas Denny sudah mendahului, memagut dan menyedot kenikmatan di sana, walaupun rupnya untuk bibir istrinya dia tak mau berbagi dengan ku. Sekarang Aku mulai menjilat pipi Mbak Irna, dan semakin mendekati bibir yang masih dalam kuluman Mas Denny, tapi Yang menyambut bibirku adalah bibir Mas Denny yang langsung memagut aku dan tentu saja kenikmatan ini tak ku sia siakan, tentu saja kurespon dengan pagutan dan kuluman yang sama. Begitu semua, degub debar jantung yang mulai tak menentu berbaur besama erangan dan desahan..., seolah tertumpah bersama cairan susu murni dari puting Mbak Irna, atau cairan precum yan berasa licin di ujung tonggakku, atau cairan bening mengkilat dari lobang frenulum dari penis tegang Mas Denny. Semua menyatu dengan aroma birahi yang sejak tadi membius melalui ujung saraf kami. Perlahan dan seirama dengan gerakan dan gesekan erotis yang kami lakukan bersama, tubuh Mas Denny berbalik, beramaan dengan gerakan tangan menggapai menari nari di atas singgasana bulu pubik vagina Mbak Irna. Jarinya mencocol belahan sempit di selangkangan Mbak Irna. Lobang kenikmatan yang katanya jarang dimasuki. Saat yang sama pula Mbak Irna menangkap dengan gesit tonggak keras suaminya, dan langsung menerkam nya dengan sedotan dan jilatan yang penuh gairah. Aku pun beraksi dengan memilin milin dua buah pelir yang bergelantungan di sana dengan tangan yang menyilang dari belahan selangkangan Mas Denny. Sementara kepalan tangan kiri Mas Denny mencengkram erat tonggak ku. Begitu gesitnya Mbak Irna menjilat jilat ujung tonggak Mas Denny lalu menyodorkan ke mulutku untuk bergantian mengulum dan menyedot cairan bening yang mengalir dari ujungnya. Tentu hal ini tak kusia siakan, apalagi ketika kurasakan tonggak ku mulai di jilat dan dikulum Mas Denny dengan agak ragu, tapi aku tahu mungkin ini reaksi spontan karena dia merasakan tonggak nya bergantian dikulum dan di sedot , jari jariku yang nakal mulai melesak memasuki lubang anus Mas Denny. Tentu itu memberi kenikmatan dan sensasi baru karena belum pernah ia alami. Tak ada yang memberi komando dalam pembagian kenikmatan ini. Tentu saja obsesi dan naluriku hanya tertuju pada kenikmatan yang aku dapatkan dengan mengulum tonggak Mas Denny atau kenikmatan yang berasal dari kulumannya. Aroma mesum makin menyengat, makin panas dan mengaduk aduk kehausan birahi kami. Ritual berbagi kenikmatan yang cukup adil ini masih seakan tak berhenti. Dengan lengan yang bergantian mengocok tonggakku dan mengeruk lobang vagina Mbak Irna, tubuh nya kini berbalik sejajar, kembali dengan lengan kiri meremas gundukan payudara montok dan kencang itu. Lidah nya terulur panjang tegang dan kuat seakan menari nari di atas leher Mbak Irna yang mendongakkan kepalanya. Dengan menangkap gesit tonggak Mas Denny yang sekian lama keras dan kaku, untuk kesekian kalinya fantasi ku selama ini untuk menikmati tubuh dan organ organ intim nya terluluskan. Kukocok dengan perlahan berbarengan dengan pijatan, seakan tak mau lepas dari genggamanku. Lalu tangan Mas Denny menarik tonggaknya lepas dari genggamanku dan lalu menggesekkannya di atas perut Mbak Irna, dan kini bibir nya kubekap dengan sedotan yang kuat dan bergairah..., sementara lengan kiriku ku gosok gosokkan di antara belahan selangkangannya, dan dengan perlahan dua jariku kudorong ke lobang anus Mas Denny. Ia bergidik sesaat lalu melanjutkan responsnya atas pagutan dan isapan bibir yang aku dan Mbak Irna berikan bergantian. Sementara tubuhnya masih menari nari diatas perut Mbak Irna, mengangkang dan mengatup di sela gelinjangan penuh kenikmatan. Sekarang torpedo Mas Denny rupanya siap menembak lobang selangkangan Mbak Irna. Dan aku siap dengan tonggak ku menghadap lobang anus Mas Denny. Kini dia mulai memposisikan tonggaknya persis dalam ereksi yang penuh melekat di atas belahan memanjang lobang vagina Mbak Irna. Masih dengan berbagi pagutan. Sementara tetesan ludah kubalurkan di belahan bokong nya..., lidah ku meratakan cairan itu untuk kemudian ku sumpalkan dengan dua jari yang siap memperbesar lobang sempit itu. Lolongan tersedak dari mulut Mbak Irna menandakan tonggak Mas Denny sudah tertelan masuk ke liang vaginanya. Dan aku sigap memasukkan dengan perlahan batang ku ke lobang pelepasan Mas Denny. Perlahan namun tanpa ampun. Sejenak Mas Denny meringis dan bergidik bersamaan dengan suara parau Mbak Irna yang mendapat tekanan dorong benda keras dan kaku di kedalaman vaginanya. Dan dengan mantap dengan kekerasannya, tonggak ku pun tertelan ... Blesh! Tubuh Mas Denny menggeliat dan mengerang, tetapi itu tambah membuat rangsangan memuncak..., aku lalu menggenjot perlahan maju mundur, dan aku tidak peduli lagi akan kehadiran Mbak Irma di sini, walau pun setiap genjotanku menghantam Mas Denny ritme nya seirama dengan suara hah huh hah huh wanita itu. Sementara Mas Denny dengan suara mengaum ngaum seperti singa kelaparan. Walaupun ada setitik bercak merah menodai pinggiran lobangnya, tapi aku yakin dia tak lagi merasakannya. Menyodok sambil disodok tentu saja lebih nikmat melampaui nyeri di kulit dalam. Sementara di kedalaman lobang Mas Denny kurasakan begitu hangat dan licin menyulut libido ku sampai ke ubun ubun. Aku tetap menggenjot sampai kurasakan gerakan tersengal tertatih dari genjotan Mas Denny, dan genjotan kupercepat, semakin cepat dan semakin bertenaga..., lalu terhenti dengan jeritan tertelan dan panjang.... Aaaaaah... Aku pun memuncak pada titik itu..., sesaat terasa semua tulang tubuhku tanggal dari semua persendian..., dan jiwa ku seolah terlepas dari tubuhku... Mengiringi terbuncahnya cairan kehidupan yang melesat terputus putus di kehangatan liang kenikmatan Mas Denny......hoooouuuoooh...!!! Aku pun jatuh lunglai hampir bersamaan dengan tubuh Mas Denny menggelinding dari tubuh Mbak Irna... Kamipun terlentang kearah sisi kanan Mbak Irna dengan napas tersengal seperti mau putus ... Hatiku berteriak kemenagan, berhasil menikmati tubuh Mas Denny luar dan dalam, yang selama ini hanya ada dalam fantasiku. Dan ini bukan mimpi. Di tengah riuh rendah kesibukan kota Semarang yang panas, tiga anak manusia baru saja menuntaskan pelampiasan birahi dalam ritual threesome. "Mas, aku berangkat dulu ya" Tanpa terasa Mbak Irna sudah selesai membersihkan diri dan menyeruak dari kamar mandi. Aku melihat kecupan mesra mereka berdua..., padahal Mas Denny masih terbaring kelelahan dan telanjang bersamaku. "Mas Andree, matur nuwun ya...,selamat istirahat, " sambil menundukkan kepala dengan sopan. "Oh..., iya Mbak , Nanti, kapan kapan lagi ya...,pfufth!!!" Mulutku disumpal Mas Denny dengan tangannya. Tapi Mbak Irna sudah menghilang di balik pintu. Tinggallah aku bersama Mas Denny, terlentang telanjang menghalau kepenatan yang tersisa...